Ingin Bikin Film dengan Budget Minim? Ini Tipsnya!

Published by Admin on Jumat, 25 Agustus 2017 17:28

Buat Passioners yang suka film atau bahkan berminat bikin film sendiri, lo harus makin serius mewujudkan mimpi lo dan enggak membiarkan apapun jadi penghalang, termasuk urusan budget buat bikin film. Karena biasanya, salah satu pertimbangan orang-orang yang pingin bikin film adalah urusan budget.

Kenapa? Karena film enggak harus dibikin dengan budget mahal sampai ratusan juta, bahkan miliaran! Banyak banget sutradara besar yang memulai karier mereka di bidang perfilman lewat karya-karya low budget, tapi memang punya cerita atau ciri khas artistik yang menyentuh penontonnya.

Selain itu, peluang lo dari sisi industri juga terbuka lebar banget. Menurut Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, dari 16 subsektor industri kreatif, baru tiga yang tercatat ngasih kontribusi signifikan buat pertumbuhan ekonomi kreatif; yaitu kuliner, fashion, dan kriya atau kerajinan.

Sementara itu, masih ada 13 subsektor lain yang lagi gencar dikembangkan dan berpotensi meningkatkan nilai ekonomi Indonesia; seperti aplikasi dan pengembangan game, arsitektur dan desain interior, komunikasi visual, desain produk, fotografi, musik, publishing, advertising, seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio, video dan animasi, serta tentunya film.

Nah, menarik kan? Jadi tunggu apa lagi. Kalau lo emang serius pingin berkarier di bidang film, segera bikin karya film sebanyak-banyaknya, bereksperimen, dan uji karya lo ke masyarakat luas. Gimana caranya? Simak kiatnya berikut ini:

Membuat ide cerita yang kuat

Ada yang bilang kalau bagian paling mahal dari sebuah karya seni adalah ide. Ada benarnya, tapi keuntungannya di sini, ide baru mahal kalau tuntas dieksekusi dan mampu menarik apresiasi. Saat masih di kepala, ide itu gratis kok buat lo keluarin.

Maka itu, poin pertama dari membuat film dengan budget terbatas adalah pentingnya menggali ide cerita yang kuat. Karena ide brilian enggak sama dengan kebutuhan budget besar.

Coba aja lo liat film legendaris seperti "12 Angry Men" (1957), yang nyaris sepanjang film hanya berlangsung di satu ruangan aja. Kekuatan film itu bukan di budget produksi gila-gilaan, tapi pada ide cerita yang tertuang dalam bentuk naskah dan dialog yang mampu membuat penonton seperti tersihir untuk terus mengikuti ceritanya sampai habis.

Atau mungkin lo pernah nonton "Paranormal Activity" (2007), film horror yang menampilkan ketegangan di dalam rumah yang gelap. Bahkan keadaan tanpa set pencahayaan spektakuler membuat efek seram pada film ini lebih terasa.

Jadi, gali dan buatlah ide cerita yang kuat, bahkan unik. Keunikan enggak harus aneh-aneh kok; bahkan keadaan sehari-hari di sekitar kita, yang mungkin terlihat remeh di mata orang lain, bisa jadi spesial kalau kita jeli memanfaatkannya.

Misalnya, lo bikin film berdurasi 30 menit tentang obrolan pegawai di pantry kantor. Kalau naskahnya kuat, film itu bisa menunjukkan karakteristik sosial dan gaya hidup yang terbentuk pada masyarakat Jakarta; dan bisa jadi sangat menarik untuk ditonton.

Memanfaatkan peralatan secukupnya

Kalau lo membayangkan bikin film itu harus memakai kamera canggih, set pencahayaan spektakuler, dengan proses post-production kelas layar lebar, mending lo tunda dulu pikiran itu. Karena lo cuma bakal jadi parno dan makin takut membuat film lo sendiri.

Ya betul, membuat film itu butuh kamera, tapi sekarang ini banyak banget teknologi alternatif yang bisa lo optimalkan. Bahkan, beberapa smartphone sudah memiliki kemampuan merekam gambar sangat baik untuk membuat film indie atau film pendek buat merealisasikan ide cerita lo.

Kalaupun lo mau agak serius, lo bisa coba berbagai kamera prosumer yang tersedia di pasaran, dengan range harga 2-4 juta rupiah. Bahkan, untuk kamera prosumer dengan harga di atas 5 juta rupiah, lo sudah bisa mendapatkan kamera video yang cukup mumpuni.

Soal audio juga sama. Dengan rentang budget 5-10 juta, bisa dipastikan lo sudah bisa mendapatkan perangkat perekam audio yang bisa menghasilkan suara jernih buat dialog 3-5 orang.

Lalu, bagaimana dengan pencahayaan? Lo bisa coba untuk mengoptimalkan cahaya matahari, atau lampu di dalam ruangan. Jika kurang, manfaatkan semua sistem penerangan yang bisa lo dapatkan; entah itu lampu tegak, lampu meja, bahkan kalau perlu beli bohlam ekstra dan atur agar bisa memberikan pencahayaan minimal yang lo butuhkan.

Dan tentunya untuk penyuntingan atau editing, lo bakal perlu software dan laptop atau komputer. Anggap aja lo sudah punya komputer, maka lo bisa memanfaatkan software seperti iMovie atau berbagai aplikasi editing video gratis yang tersedia di internet. Memang fiturnya sering kali terbatas, tapi mestinya cukup buat menuntaskan produksi film lo.

Menggunakan set lokasi yang tersedia tanpa perlu biaya

Untuk poin ini, direkomendasikan buat lo agar memaksimalkan ruang-ruang yang bisa lo gunakan buat shooting, secara gratis.

Bisa di kamar lo sendiri, di garasi, di rumah saudara, di taman, atau mungkin temen lo ada yang punya coffee shop dan rela ngasih lo ruang buat shooting, selama saat masih sepi pelanggan. Apapun itu, lo bisa manfaatkan buat lokasi, tanpa mesti keluar biaya.

Buat bagian ini, memang lo harus jeli juga; jangan ambil gambar sembarangan, karena enggak semua tempat bahkan orang-orang di ruang publik bisa lo ambil gambarnya, seenaknya. Hormati juga norma itu, dan selalu usahakan untuk meminta izin kalau lo enggak yakin, apakah boleh mengambil gambar di tempat tersebut, atau mengambil suasana yang melibatkan orang-orang di tempat tersebut.

Ajak teman-teman yang jago akting buat memerankan film

Jago di sini memang mungkin belum sekelas aktor yang mendapatkan penghargaan. Tapi selalu ada saja teman-teman yang terlihat enteng saat mesti beraksi di depan kamera, berambisi jadi pemain film, atau bahkan terlibat kegiatan seperti teater. Nah, merekalah yang potensial lo ajak untuk memerankan film lo.

Yang penting di sini adalah skill presentasi, yang kebetulan gratis juga! Gimana caranya lo meyakinkan mereka kalau ide cerita lo menarik untuk dieksekusi jadi film, dan kenapa mereka lo anggap cocok buat berkolaborasi dalam project tersebut. Intinya, lo ajak mereka bukan sebagai pekerja, tapi partner untuk berkarya.

Lo mesti jelasin juga, kalau produksi ini minim budget; sehingga lo mengharapkan mereka bersedia terlibat tanpa mesti dibayar. Bahwa ini adalah project bersama, dan bisa dianggap sebagai bentuk kegiatan produktif dan kreatif, untuk mengisi waktu luang di antara rutinitas sehari-hari.

Menggunakan media sosial untuk distribusi

Satu lagi bagian dalam pembuatan film yang biasanya cukup mahal, yaitu distribusi. Yang jelas, lo enggak perlu dulu memikirkan gimana caranya film lo bisa muncul di bioskop-bioskop kesayangan orang-orang. Cukup melirik media sosial seperti YouTube, Facebook, Instagram, dan masih banyak lagi.

Inti dari distribusi di sini adalah menuai respon dari penonton. Apa tanggapan mereka tentang film lo? Apa masukan atau kritik yang mereka sampaikan? Apa yang bisa lo pelajari dari prosesnya hingga tayang? Dan sebagainya. Tentunya, media sosial enggak bikin lo mesti ngeluarin budget gila-gilaan. Paling budget buat paket data aja.

Selain poin-poin di atas, ada lagi cara membuat film dengan budget terbatas yang oke banget! Lo bisa mengikuti inisiatif kreatif seperti #ProjectPassion #passionville 2017 di passionville.id, tempat lo bisa mengajukan ide project film keren lo, untuk mendapatkan kesempatan diwujudkan, bahkan dengan bantuan mentoring dari ahlinya.

Tuh, langsung aja ajukan ide keren lo, apalagi kalau idenya bakal menghasilkan dampak positif buat lingkungan atau masyarakat sekitar. Tunjukin kalau bikin film emang passion lo! Untuk mengikuti informasi terbaru tentang program ini, lo juga bisa pantau di InstagramFacebook, atau Twitter. Ayo, semangat bikin film biar potensi industri kreatif Indonesia makin berkembang!