Lika-Liku jadi Sastrawan di Wakanda

Published by Admin on Kamis, 22 Agustus 2024 08:53

Susah-susah kuliah jurusan sastra, eh malah ada yang nanya “Anak sastra, kerjaannya cuma bikin cerpen doang kan? Ah, kalo gitu mah anak SD juga bisa.” Buat anak-anak sastra, pertanyaan-pertanyaan kayaknya udah jadi makanan sehari-hari kalo lagi ngumpul sama keluarga. Saking seringnya ditanyain pertanyaan yang jatohnya ngerendahin profesi sastrawan, nggak sedikit orang yang mikir dua kali sebelum akhirnya mereka milih nyemplung ke dunia ini.

Padahal, kalo diliat dari kacamata yang lebih luas, kalian tuh bisa hidup enak dari sekadar nulis doang. Misalnya, bikin karya puisi galau soal kehidupan yang nggak adil biar nanti bisa di-post di sosmed sama anak-anak Gen Z. Atau bahkan, karya tulis kalian bisa juga dijadiin aset seni di negeri sendiri. Kalo udah sampe di tahap sini sih, kalian nggak cuma keren, tapi keren abis!

Anak Sastra Sering Banget Dipandang Sebelah Mata

Emang sih, sampe sekarang ini masih banyak orang berpikir kalo jadi sastrawan itu masa depannya nggak jelas, bakalan hidup susah, atau nggak bisa menghasilkan uang yang layak. Padahal, stigma-stigma kayak gitu nggak sepenuhnya bener. Buktinya, ada banyak sastrawan besar yang sukses dan hidupnya enak-enak aja.

Terus, gimana caranya agar bisa tetap berkarya meskipun banyak orang yang mencela? Simple aja, kalian harus punya passion, punya keyakinan, dan jangan peduli sama apa kata orang.

Contohnya deh WS Rendra, dia udah jadi legenda di dunia sastra Indonesia. Rendra itu bukti nyata kalo punya passion di bidang tertentu, stigma negatif cuma jadi angin lalu. Lahir dari keluarga yang biasa-biasa aja, Rendra bisa ngangkat namanya dan dikenang sebagai salah satu sastrawan terbesar di Indonesia. 

Selain itu, ada juga Sapardi Djoko Damono, karyanya yang "Hujan Bulan Juni" itu kalo diibaratkan kayak apotek tutup, nggak ada obat. Ya meski awalnya banyak yang ngeremehin profesi dia, Sapardi ngebuktiin kalo tetep konsisten dan punya passion yang kuat, seorang sastrawan bisa nyiptain karya yang abadi dan dicintai banyak orang.

Cara Gaya Sendiri dan Berani Beda dari yang Lain

Ini salah satu hal yang paling penting. Kalo mau jadi sastrawan, harus punya ciri khasnya sendiri! Banyak sastrawan yang bisa bertahan dan sukses karena mereka punya gaya penulisan yang unik dan beda dari yang lain. Ciri khas ini bisa dari gaya bahasa, tema yang diangkat, atau sudut pandang yang dipake di setiap karya yang dibuat.

Contoh, Sutardji Calzoum Bachri yang terkenal dengan puisinya yang berjudul Mantera

lima percik mawar

tujuh sayap merpati

sesayat langit perih

dicabik puncak gunung

sebelas duri sepi

dalam dupa rupa

tiga menyan luka

mengasapi duka

puah!

kau jadi Kau!

Kasihku

Karya-karya doi beda banget dari puisi-puisi konvensional yang sering seliweran di TikTok, dan itu yang bikin dia jadi legenda di dunia sastra Indonesia yang karyanya bakal terus diingat sepanjang hayat.

Jadi Sastrawan Nggak Melulu Nulis Puisi

Dari contoh sastarawan yang Passionville sebut di atas, kalian mungkin berpikir kalo karya sastrawaran tuh cuma puisi aja. Tapi nyatanya enggak. Dunia sastra tuh luas banget. Ada banyak peluang karir yang bisa digeluti. Contohnya jadi penulis novel, penulis naskah drama atau film, bahkan bisa jadi penulis wara (copywriter) yang kerjaannya tiap hari bikin iklan pake teknik rima kata. Ditambah lagi, di era digital kayak sekarang, kalian juga bisa menulis konten di media sosial, blog, atau jadi penulis lepas yang karyanya diterbitkan di berbagai platform online.

Terus gimana kalau pengen yang lebih akademis? Kalian juga bisa jadi dosen sastra, peneliti, atau kritikus sastra yang disegani. Selain itu, ada juga karier di bidang penerjemahan, editing, dan penerbitan buku yang bisa kamu coba.

Intinya, jadi sastrawan itu nggak sebatas bikin puisi doang. Kalian bisa berekspresi dan berkarier di banyak bidang yang masih berhubungan dengan dunia tulis-menulis dan sastra.

Ngejaga Budaya Bangsa Lewat Sebuah Karya

Satu hal yang penting yang sering banget dilupain, adalah peran sastrawan dalam ngejaga dan ngelestariin budaya bangsa. Seorang sastrawan bisa merekam kehidupan, nilai-nilai, dan tradisi masyarakat tertentu lewat tulisan-tulisannya.

Kalo diibaratkan, sastrawan adalah sosok penjaga gerbang budaya sebuah bangsa. Tanggung jawabnya nggak main-main, di setiap puisi, cerita pendek, atau novel, tersimpan nilai-nilai budaya yang bisa terus hidup dan berkembang.

Lihat aja karya-karya dari Pramoedya Ananta Toer, lewat novel-novelnya dia berhasil merekam sejarah dan budaya Indonesia dengan sangat mendalam. Jadi, kalau kalian beneran punya passion di dunia sastra, jangan ragu buat terus berkarya. Ingat, jadi sastrawan itu bukan sekadar nulis-nulis doang, tapi juga soal ngejaga warisan budaya nenek moyang kita lewat kata-kata.

Akhir kata, kalo mau jadi sastrawan, cari tahu dulu apa yang bikin kalian bahagia saat menulis, apa yang bisa kalian berikan pada bangsa lewat sebuah karya, dan bagaimana kalian bisa terus berkembang di bidang ini. Karena nantinya, kalo kalian sudah terbiasa menghadapi badai, mengapa harus menggigil hanya karena gerimis kecil? Paham!