Lewat Album Jalaran Sadrah, Barasuara Ajak Kita Berserah Diri pada Sang Pencipta
21 Juni 2024, Jalaran Sadrah dirilis dan jadi album ketiga Barasuara sejak lima tahun terakhir. Album ini dirilis lewat Hu Shah Records yang berisi sembilan karya terbaru, termasuk tiga single yang dikenalin duluan yaitu “Terbuang dalam Waktu”, “Merayakan Fana”, dan “Fatalis” yang menggema di seantero IG Story galau dari muda-mudi anak indie.
Dari Rasa Pasrah Jadi Karya yang Asik Parah!
Emang gimana sih konsep dari album ini? Nama Jalaran Sadrah sendiri kalo kata Iga Massardi, artinya “karena pasrah”. Vokalis sekaligus gitaris Barasuara ini bilang kalo album ini lahir karena proses kepasrahan mereka saat menghadapi macam-macam tantangan hidup dan gimana menghadapinya. Makanya, lagu-lagu di album ini nggak cuma ngomongin soal kebangkitan dan harapan doang, tapi juga soal penerimaan, kematian, dan perjalanan hidup. Jadi, jangan heran kalau lirik di album ini bikin kita merenung di kursi minimarket sambil liatin orang-orang yang lagi berjuang menjalani kerasnya dunia.
Bilik Vila, Jadi Laboratorium buat Penciptaan Album yang Gila
Proses kreatif pembuatan Jalaran Sadrah ini dimulai pas pandemi Covid-19 melanda, Januari 2021. Pada waktu itu, Barasuara menghadapi ketidakpastian karena nggak punya manajer atau label rekaman. Karena ketidakpastian itu, akhirnya ada sebuah momen di mana seluruh anggota band nginep bareng selama satu minggu di vila di daerah Puncak, Bogor.
Nggak cuma sekedar kumpul sambil bakar jagung sama sosis, di vila itu, Barasuara manfaatin waktunya buat brainstorming, nulis lirik, dan ngembangin materi musiknya. Bukan kayak anak jaman sekarang yang kumpul buat obrolin konspirasi soal siapa dalang di balik perang dunia.
Setelah semuanya selesai, mereka balik ke Jakarta buat ngelanjutin proses aransemen dan rekaman lagu di berbagai studio musik. Nah, proses rekaman yang nggak cuma di satu studio musik ini sekaligus jadi cerminan dari ketidakpastian yang mereka hadapin selama pandemi. Bahkan, mereka juga sempet ngalamin rekaman di kantor dan rumah masing-masing anggotanya.
Makna di Balik Lagu "Fatalis" yang Nyentuh Abis
Lagu-lagi yang ada di album Jalaran Sadrah sebagian besar ditulis oleh Iga Massardi, dan kebanyakan lirik-liriknya itu terinspirasi dari berbagai peristiwa kelam yang belakangan ini terjadi. Misalnya, lagu “Fatalis”.
Lirik di album ini berisi kritik cerdas atas disinformasi yang menyebar selama pandemi Covid-19 yang bikin bingung banyak orang. Lewat lagu “Fatalis”, Barasuara bener-bener berusaha buat nunjukin kepedulian mereka terhadap isu-isu sosial dan mengedukasi pendengarnya pake cara yang ngena banget ke hati.
Kolaborasi Asik Menghasilkan Album yang Elektrik
Salah satu hal yang paling menarik dari Jalaran Sadrah adalah berbagai elemen baru yang dimasukkan ke dalam album. Barasuara ngelibatin beberapa musisi legendaris dalam proses pembuatan album ini. Erwin Gutawa, misalnya. Mas Erwin berperan buat ngerangkai aransemen orkestra untuk beberapa lagu seperti “Merayakan Fana”, “Terbuang dalam Waktu”, dan “Hitam dan Biru”. Aransemen orkestra ini dieksekusi dengan megah oleh Czech Symphony Orchestra, yang ngasih sentuhan klasik buat lagu-lagu tersebut.
Nggak cuma itu, Sujiwo Tejo juga ikutan nyumbang vokal berbahasa Jawa yang syahdu di lagu “Biyang”. Kolaborasi ini nunjukin keberanian Barasuara buat bereksperimen lewat berbagai elemen musikal dan jadiin Jalaran Sadrah sebagai album yang paling eklektik dalam perjalanan karier mereka.
Variasi cara ketika penciptaan lagu juga jadi hal baru buat Barasuara. Contohnya andil dari Gerald Situmorang dan Puti Chitara yang ikutan ngasih micin di lagu “Hitam dan Biru” sehingga rasa musiknya berasa beda. Selain itu, peran Asteriska yang nulis lirik buat lagu “Biyang” dan “Terbuang dalam Waktu” juga jadi bukti kalo rasa saling percaya dan kedewasaan di antara anggota band selama lebih dari satu dekade terus bertumbuh.
Struggle-nya Barasuara Melahirkan Sebuah Mahakarya
Buat Barasuara, Jalaran Sadrah ini lebih dari sekadar album musik tapi sebuah simbol perjuangan dan keteguhan hati. Lewat jalan panjang dan penuh tantangan, mereka berhasil menghadapi berbagai cobaan dengan semangat yang menyala.
Dari proses pembuatan album ini Barasuara juga ngajarin kita soal keberanian dan ketahanan kalo dihadapi sama sebuah rintangan. Meskipun banyak momen sulit, mereka nggak nyerah dan terus berjuang untuk bikin karya berkualitas.
Nggak cuma itu doang, lewat Jalaran Sadrah, Barasuara nunjukin kalau mereka adalah band yang nggak cuma gacor di keterampilan musikal yang hebat, tapi juga berani speak up soal isu-isu sosial. Mereka jadi bukti kalau musik bisa jadi alat yang kuat buat arena menyalurkan pendapat dan ngasih inspirasi ke banyak orang.
Jadi, jangan cuma dengerin Jalaran Sadrah buat galauin mantan pas SMP aja, tapi rasain juga lirik dan makna yang ada di dalamnya. Dari kegelapan, Barasuara berhasil ciptain cahaya baru yang kasih harapan dan inspirasi. Album ini adalah dedikasi buat seni musik dan para penggemar yang telah mendukung mereka selama ini.